Monday, February 3, 2014

Bolang episode Biak: landed in Biak

It was my first time to have vacation in an island by using my own saving in my first year of teaching. Rasanya berbeda sekali dengan liburan atau perbolangan sebelumnya. Meskipun saya selalu menabung untuk setiap perbolangannya tapi sumbernya berbeda2.. ada yang hadiah lomba OSN, jualan Oriflame atau menyisakan uang jajan..hehehe...
Dengan bermodalkan tiket PP seharga Rp 1,6 juta dan 1 juta untuk akomodasi selama di Biak, saya memberanikan diri terbang bersama 3 bolang-mates saya: Kak Nur, Kak Lisa dan Deby.

Kami mendarat di Bandara Frans Kaiseipo, dulunya ini adalah bandara transit penerbangan Jakarta-Amerika untuk Garuda Indonesia. Namun sekarang sudah tidak melayani lagi, hanya ada penerbangan domestik.
Dari Jakarta ada penerbangan langsung ke Biak, beberapa airlines juga ada penerbangan menuju daerah lain di Papua yang transit di pulau ini. Harganya bervariasi, tinggal pilih yang sesuai budget. Lebih mahal daripada penerbangan Jakarta Singapore atau Kuala Lumpur? YA! 

Bersyukurnya, ada seorang junior saya yang berdomisili di Biak, saya cukup dekat dengannya karena saya pernah menjadi mentor sewaktu ada Youth camp di kampus :) Dia adalah orang pertama yang saya hubungi ketika berpikir untuk menjelajah pulau Biak. Dengan ramah Brenda, namanya, dia mempersilakhan kami untuk menginap di rumahnya sambil kami mencari penginapan di sana, bahkan ia mempersilakhan kami tinggal di rumahnya selama di Biak! what a blessing :) *thanks God
Bahkan, Brenda pun menjemput kami di Bandara Frans Kaiseipo dengan mobil pick upnya. 
Bersih dan rapi adalah dua hal yang istimewa kutemukan selepas dari bandara. Pemandangan bibir pantai, matahari yang cerah dan angin semilir menghiasi perjalanan kami menuju rumah Brenda.

mencoba berdiri di atas mobil yang melaju tapi...gagal ;p
Jalanan yang kami lalui sangat lengang, padahal ini hari Senin, harusnya di kota banyak aktivitas perkantoran dan sekolah yang nampak.
welcome to BIAK!
Saya mengamati tiap keunikan bangunan yang ada, hampir di setiap bangunan pemerintah ada gapura beraneka bentuk, ada yang kerang seperti gambar di bawah, ada burung cendrawasih, dan sebagainya. Tata kotanya sangat rapi, tiap rumah tidak berimpitan satu sama lain, selalu ada taman atau jarak yang cukup antar rumahnya.
gapura di salah satu gerbang gedung pemerintahan, lambang kota Biak, kerang
Berbeda dengan kota-kota di Jawa atau di Jayapura, jalanannya sangat lengang, tidak ada angkutan umum yang berpacu untuk berebut penumpang. Kebanyakan penduduk bermodakan sepeda motor atau mobil. Angkutan umum yang berbentuk mini van disebut taksi di sini.
transportation in Biak: taksi, mobil, motor
Pusat perbelanjaan yang ada kebanyakan berbentuk toko atau ruko-ruko di pinggir jalan, sepengamatanku banyak toko yang menjual kebutuhan sehari-hari.
deretan pertokoan
Kami pun melewati pusat kota yang merupakan juga pusat perbelanjaan dan pusat keramaian di Biak, Jl. Imam Bonjol yaitu Hadi Department Store *kalogasalah*
Hadi, supermarket satu-satunya dan yang terbesar di Biak
Semakin penasaran mengeksplor kota sekaligus pulau ini. List panjang tempat-tempat yang ingin kukunjungi sudah kusimpan rapi dalam tas. Nantikan cerita bolang berikutnya ;p

budget (4 orang):
tiket PP Jayapura-Biak Rp 1.617.200,-
taxi airport ke bandara Sentani Rp 100.000,-
airport tax Sentani airport Rp 120.000,-
oleh-oleh untuk host kami (kue abon gulung) Rp 240.000,-
transport ke rumah host: gratis

No comments:

Post a Comment