Thursday, December 19, 2013

the darker sky the brighter stars

what will you do if you walk alone in the dark night?
some people might walk straightly and faster...
some people might do other things such as 'gadgeting' or updating a social media: i'm alone
a few people might see to the sky, stargazing.

counting how much the stars are above...
finding the brightest star...
and enjoying the time to mind-talking, sending the private messages to the Creator

I do what a few people might do when I walked alone in the night, stargazing. And as people said that sky in Papua is absolutely beautiful, it's so clear and wide without any fog or skyscrapers. In my mind-talk with the Creator, He said, I will hold you like I keep the stars in their places and let them to light your night.

I wonder, will my beloved ones see this beautiful stars? Will they happy if they see it with me, there, in this far-away land?

Seketika saya mengingat seseorang, yang berada 2 jam perbedaan waktu jauhnya, yang harus melalui ribuan pulau dan hamparan lautan.
The Distance between Jayapura / Sentani () [Airport] and Palembang (South Sumatra) is :3972.76 kilometers (km). The approximately estimated travel/road distance can be around 4568.67 km to 4965.95 km 

Ketika malam tiba dan keraguan melanda, saya bisa memastikan dirinya berada di tempat terluas di kampus kami dan melakukan hal yang sama sekali tidak lazim untuk dilakukan malam hari, berlari.

Waktu-waktu yang saya habiskan dengannya memang tidak banyak, bukan sesuatu yang besar juga. Saya belum pernah dapat menerka apa yang ada di pikirannya. Saya belum pernah cukup mendengar ceritanya.

Di kala fajar menyingsing di tempat saya berada, mungkin ia masih menutup matanya untuk melanjutkan mimpi indahnya, teringat biasanya kami masih menarik selimut atau saling membangunkan sebelum mandi meskipun terpisah tembok kamar.

Sewaktu saya berdiri di depan kelas dan berinteraksi dengan siswa-siswi saya, memori saya dibawa kembali ke masa saya masih menjadi mahasiswa dan makan bersama dengannya, berlarian menuju kelas karena sudah terlalu mepet dengan jam kuliah. Mungkin ia baru mengulat dari tidurnya dan bersiap ke sekolah.

Sewaktu saya disibukkan dengan persiapan mengajar dan mengoreksi pekerjaan siswa. Saya teringat bagaimana kami berjuang saling membangunkan dari kantuk yang melanda di jam kuliah atau menekan keyboard untuk merangkai tulisan-tulisan untuk dosen tercinta. Mungkin ia sedang memulai hari bersama malaikat-malaikat kecilnya yang membuat ia tersenyum setiap harinya.

Sejenak saya melihat wajahnya di salah satu foto yang baru dipost oleh salah satu teman, ia tersenyum. Begitu lega rasanya saya melihatnya tersenyum begitu sukacita setelah saya begitu menguatirkannya terakhir kali kami bertemu bulan lalu saat peresmian kami menjadi sarjana, mengingat wajahnya yang sayu dan tiba-tiba memeluk saya. Saya teringat kalimat dari drama yang saya sukai:

I heard that if it's dark, you can see the stars better. Now that it's dark, I'll be able to see the stars clearly. • KIM TANHeirs.

Seberapa gelap malam-malammu? Apakah kegelapan membuatmu takut?  Apakah kamu bisa melihat bintang bersinar lebih terang?





See you soon, Irena :)

Monday, December 16, 2013

realita

dalam realita aku menuliskan
kadang aku bahagia
dalam realita aku merasakan
kadang aku meria

dalam realita aku mengatakan
kadang aku tak suka
dalam realita aku menyembunyikan
kadang aku kecewa

dalam realita aku menari
kadang aku menjadi diriku sendiri
dalam realita aku menyanyi
kadang aku tak bisa berlari

Saturday, December 14, 2013

5 Things Jesus Can Teach You About Your Future Husband

Here are 5 things Jesus can teach you about your future husband:
1. Purity
  • Any man who deserves to marry you should honor and respect your purity. Although everyone has made mistakes, purity before marriage is an important aspect of anyone who is looking to have a relationship that honors Jesus. Purity paves the way to intimacy.

1 Timothy 5:2 – Treat older women as you would your mother, and treat younger women with all purity as you would your own sisters.
2. Kindness
  • A kind man is the type of man you bring home to mom and dad. Kindness is key to any thriving relationship and marriage. Don’t just look at kindness as someone who is nice, but instead someone who is slow to anger in times of trouble. Kindness is key.

Galatians 5:22-23 – But the fruit of the Spirit is love, joy, peace, forbearance, kindness, goodness, faithfulness, gentleness and self-control. Against such things there is no law.
3. Respect
  • Respect in any relationship is key. Any man who can respect you no matter the circumstance, is a man worth giving your time and energy to. Not only is respect something that will spill over to other aspects of your relationship, but any man who knows the value of respect will know how to treat his future wife in a way that is reflective of Jesus himself.

Philippians 2:3 – Do nothing from selfishness or empty conceit, but with humility of mind let each of you regard one another as more important than himself.
4. Patience
  • Patience is one of the those things everyone talks about wanting in a man, but I think many don’t actually know what they are asking for when they say it. A man after God’s own heart will not only be patient amidst everyday aspects of life, but will also be patient when it comes to the speed in which your relationship moves.

Isaiah 40:31 – Yet those who wait for the LORD Will gain new strength; They will mount up with wings like eagles, They will run and not get tired, They will walk and not become weary.
5. Honesty
  • Honestly can make or break any relationship, no matter how strong. Any man you are considering “marriage material” should be a man who has the utmost integrity in what he says and does. Honesty goes a long way, and it’s always wonderful to know that you can trust anything your future husband says.

Proverbs 6:13 – Righteous lips are the delight of a king, and he loves him who speaks what is right.
***
What else can Jesus teach you about your future husband? Comment below.

Monday, December 9, 2013

am I?

Baru saja, saya mengusir seorang anak untuk pulang. Hati saya tersentak seketika, mata saya berkaca-kaca... bukan karena saya tidak mengasihinya. Bukan karena saya tidak ingin melihatnya datang lagi ke sekolah... dia yang sudah tidak memiliki orang tua untuk bersandar dan dibanggakan, dia yang sudah mau bertobat, masakkan saya tega menyuruhnya pulang?
Saya berbisik dalam hati "mengapa kamu begitu kejam? begitu tega mengambil sesuatu yang ia sangat inginkan dan menyuruhnya pulang?"

Saya termenung dibalik meja kerja bersama setumpuk koreksian, saya teringat bagaimana ia begitu mencintai tarian, begitu meluangkan seluruh waktu dan tenaganya untuk berlatih, ikut audisi dan menampilkan yang terbaik untuk pelayanan Natal sekolah tahun ini...bagaimana saya dibuatnya berdecak kagum akan talenta yang sudah Tuhan berikan, bagaimana ia bersemangat menanyakan hasil audisinya dan datang di hari latihan yang pertama...

Sekarang seolah semuanya sia-sia karena ia tidak menepati janjinya untuk pulang tepat waktu dan selalu menghadiri latihan atau meminta ijin terlebih dahulu jika tidak dapat hadir. Hal yang mungkin sangat sederhana dan dapat ditolerir oleh kebanyakan orang, tapi bagi saya itu sangatlah penting, integritas dan ketaatan.

Begitu banyak pertanyaan dalam benak saya. Apakah dia akan datang meminta saya lagi untuk bisa ikut pelayanan? Apakah dia kepahitan? Apakah dia besok tidak mau datang ke sekolah lagi? Apakah setelah ini dia tidak mau terlibat lagi? Apakah dia akan mengurungkan niatnya untuk berubah?
Sedikit cerita, dia dulu adalah seorang murid yang sangat nakal di sekolah yang terdahulu, nilainya banyak yang tidak tuntas, sering ikut tawuran bahkan melakukan kenakalan remaja yang lain seperti membolos dan merokok. Dia dipindahkan ke sekolah ini oleh tantenya mengingat ia tidak lagi memiliki orang tua dan itu adalah amanat orang tuanya. Namun kini ia tidak pernah membolos dan berjanji tidak akan merokok lagi.

Hati saya tidak bisa berbohong, saya begitu mengasihinya, saya begitu terbeban untuk terus menggali potensinya, untuk melihat dia menjadi pribadi yang dipakai Tuhan untuk menjadi berkat bagi sesamanya.
Maafkan Miss Melisa karena hari ini mengambil apa yang begitu kamu idamkan, semoga kamu mengerti Jhordan :)