Wednesday, January 29, 2014

Bolang episode Biak: Bosnik Beach







The first day being there was so unforgettable, we were escorted by my host (my junior in college, Brenda) to a beach in East Biak, Bosnik beach.
This beach seems famous to foreigners and locals. My host said that locals used to come there every weekend, but at that day, there wasn't much tourist here.


post office near to the beach

welcome to Bosnik
 There was any entrance ticket to get there, we only need to pay park service to the locals there, but one thing that you have to watch out that there will always any drunk man. Especially in Christmas season. It was not a good habit, but it is kind of their tradition to celebrate everything by beer-ing! :(

small cottages
 Speechless! Bosnik is so adorable! It is a perfect combination of white sand and turquoise sea!
Some tips if you want to get there:

  1. use private transportation (you can rent car about IDR 500k or renting taxi or public minivan about 200k, it depends on how you bargain)
  2. use sunblock and sunglasses
  3. enjoy the sun and wind! I bet you will regret if you don't
  4. keep small change money in your pocket, we couldn't predict how drunk man could ask money from us -_-''
  5. you can go home wet! locals there used to picnic by using motorcycle or pick up car and let our wet clothes are dried by the wind hohooho.. (there is not any good facility for take a bath or changing clothes)
  6. youth locals used to rinse the salty sands in nearby streams, there are two streams known as 'kali baru' 

wooohooooo beach!

like a diamond in the sea

YEAH! 

Wednesday, January 1, 2014

Bolang episode Biak preparation

Biak, Bila Ingat Akan Kembali, begitulah orang-orang banyak membuat kepanjangan dari nama pulau yang juga kabupaten bersejarah di mata dunia. Sebelum berada di bangku kuliah nama Biak tidaklah familiar di telinga saya bahkan di buku sejarah sewaktu sekolah.
Rencana mem-bolang 'bocah ilang' di pulau ini sudah ada ketika saya mendengar pengumuman penempatan mengajar saya yang adalah di Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Tatkala itu saya iseng mencari harga tiket untuk pulang ke Jakarta saat liburan Natal tiba, namun saya dibuat kaget melihat nominal yang harus saya habiskan untuk kembali ke kampung halaman di Cirebon, mengingat terhitung itu barulah 5 bulan saya bekerja dan pada bulan November saya sudah kembali ke Jakarta untuk mengikuti wisuda, saya mengurungkan keinginan saya untuk pulang merayakan Natal dan Tahun Baru bersama keluarga di rumah. Saya ingin menggunakan uang tabungan sendiri untuk pulang, maklum sudah bekerja, rasanya malu meminta orang tua lagi. Saat itu saya begitu gundah gulana, bagaimana tidak, bagi saya semenjak merantau kuliah, saat pulang kampung adalah saat terbaik, bisa bertemu orang terkasih dan memuaskan keinginan bersantai di rumah.
Kesimpulannya, saya menangis sejadinya, membayangkan seperti apa merayakan Natal dan Pergatian tahun di tengah daerah yang tidak saya kenal, dengan orang-orang yang tidak juga saya kenal baik... meskipun yah, saya juga kadang di rumah tidak melakukan lagi hal yang spesial dengan keluarga karena sudah banyak yang merantau.

Miraculously, saya sekamar dengan 2 orang adik tingkat yang berasal dari Papua, satu orang dari Nabire dan satu lagi dari Biak. Mereka menghibur saya dengan menunjukkan foto-foto indah alam Papua dan mengajak saya berlibur ke kampung halaman mereka. Singkat cerita saya yang sok berani saat itu hanya berkata saya akan pergi ke Biak lalu Nabire dan langsung pulang naik kapal laut, sendirian, toh saya pernah juga naik kereta ekonomi saat libur lebaran berbelas-belas jam berdesakan sambil berdiri dan duduk sempit-sempitan sama ibu-ibu dan segala jenis orang lain 12 jam lebih (lihat: bolang episode Jogja) dan naik kereta ekonomi sendirian dari Cirebon ke Malang selama 14 jam (lihat: bolang episode Malang). Ini ternyata kenekatan luar biasa mengingat saya baru mengetahui jika Natal tiba penumpang kapal akan membludak dan harus berdesakan berjam-jam, Jayapura-Biak 18 jam, Biak-Nabire 8 jam, sekali lagi miraculously saya tidak dapat akses memesan tiket kapal laut sama sekali sehingga saya hanya mengunjungi Biak dengan pesawat bersama bolang-mates saya Deborah, Kak Nur dan Kak Lisa. Karena ini perjalanan pertama saya dengan mereka, perkenalan lebih dalam dan penyesuaian harus dilakukan dengan seksama agar perjalanan lancar dan menyenangkan. Menurut beberapa blog traveler yang saya baca, perjalanan sebaiknya dilakukan berdua atau genap agar dalam memesan beberapa hal kita bisa melakukan 'twin-share' sistem membagi dua agar biaya dapat ditekan dan ini khusus untuk saya, bisa bergantian mengambil foto hahahahaa....

Rencana berbolangria ke Biak sudah saya gembar-gemborkan sejak awal tahun ajaran dan saya sudah mulai searching tiket juga tujuan wisata sejak bulan Oktober, mengingat aliran dana diutamakan untuk wisuda di bulan November akhirnya saya baru membeli tiket di Desember akhir, terlalu dekat memang mengingat untuk wilayah Indonesia timur yang mayoritas Kristen, tiket seluruh moda transportasi akan melonjak tinggi mengikuti animo masyarakat yang merantau atau berlibur. Menurut orang-orang tiket yang kami booking harganya wajar untuk high season seperti Desember, Rp 1.618.200 pulang pergi, berangkat dengan pesawat Sriwijaya dan pulang Merpati.

Sebelum kami berangkat, rapat pleno kami lakukan dulu untuk menentukan akomodasi dan budget yang harus disediakan untuk perjalanan ini dan berbelanja bersama keperluan selama 8 hari di sana. Kami mencoba menghubungi kenalan-kenalan seperti kakak atau adik tingkat saat kuliah, temannya teman atau siapapun yang bisa mengajak kami jalan-jalan di Biak nanti atau memberikan tumpangan, hehehee... tips dari para backpacker, berpergian dengan orang lokal atau penduduk tempat tujuan dapat memberikan kita rasa aman dan juga nyaman saat berpergian, meskipun judulnya bocah ilang, tapi kalau benar-benar hilang rasanya tidak bijak juga hehehe mengingat kami sedang ingin berlibur juga...


Penerbangan dapat ditempuh kurang lebih 1 jam dalam cuaca baik. Untuk itu persiapan yang dilakukan tidaklah serepot jika harus berpergian lebih jauh lagi. Namun karena ini adalah kali pertama untuk kami berempat mengunjungi Biak, maka kami memutuskan untuk lebih mempersiapkan segala kemungkinan yang dapat terjadi dalam perjalanan maupun ketika di sana.

  1. mencari informasi moda transportasi dari domisili menuju tempat tujuan yang paling aman, nyaman dan tentunya murah, menurut informasi beberapa rekan, tiket kapal laut untuk kelas yang non ekonomi tidak jauh berbeda dengan tiket pesawat ketika high season, jika ingin bersantai dan merasakan sensasi naik kapal laut moda ini bisa dicoba, namun kalau tidak memiliki kondisi fisik yang begitu kuat dan kurang dapat menjaga barang pribadi lebih aman menggunakan pesawat. Kami menggunakan nusatrip.com sebagai pemesan tiket pesawat online.
  2. mencari informasi cuaca dan kondisi daerah tujuan, agar dapat mengatur itenary yang tepat dan maksimal nantinya, pastikan cuaca cukup baik, tidak hujan dan gelombang tidak tinggi jika ingin ke pantai dan mengagumi bawah laut Papua. Bulan Desember menurut penduduk setempat, bukanlah bulan yang baik untuk berrenang-renang di pantai terlalu jauh karena ombak sedang tinggi dan banyak terjadi kecelakaan, jadi perlu hati-hati ekstra. 
  3. mencari informasi tujuan wisata, makanan khas, budaya setempat dan referensi akomodasi serta tarif transportasi lokal. Hal-hal ini dapat dilakukan dengan browsing internet dan juga bertanya pada kenalan penduduk lokal, kenalan sangat penting ternyata. Saya sangat suka membaca blog backpacker asing yang pernah ke tempat-tempat di Indonesia, mereka begitu detail menggambarkan kehidupan masyarakat, keindahan alam dan mempengaruhi saya untuk cepat melihatnya secara langsung dengan gambar-gambar yang indah.
  4. menentukan budget transportasi, konsumsi, akomodasi, cinderamata, dan dana tak terduga juga sesuaikan dengan dana yang tersedia, menumpang dan mencari alternatif yang murah bukanlah pilihan yang salah, perjalanan akan tetap bisa dinikmati dengan mendapatkan kepuasan tersendiri dengan menekan biaya di satu pos dan menikmatinya untuk pos lainnya, contoh: kampung tengah alias perut alias makan-makan ehehhee...
  5. pastikan membawa cukup baju, obat-obatan, dan gadget sesuai pilihan, bagi yang suka mengabadikan gambar dengan kamera DSLR atau kamera saku pastikan keamanan senjata pamungkas atau kamera kesayangan, membeli pouch waterproof atau memilih kamera yang praktis dan tahan banting dapat menjadi solusinya.

Berikutnya, saya akan menceritakan pengalaman tak terlupakan saya di kota Biak. 



Thursday, December 19, 2013

the darker sky the brighter stars

what will you do if you walk alone in the dark night?
some people might walk straightly and faster...
some people might do other things such as 'gadgeting' or updating a social media: i'm alone
a few people might see to the sky, stargazing.

counting how much the stars are above...
finding the brightest star...
and enjoying the time to mind-talking, sending the private messages to the Creator

I do what a few people might do when I walked alone in the night, stargazing. And as people said that sky in Papua is absolutely beautiful, it's so clear and wide without any fog or skyscrapers. In my mind-talk with the Creator, He said, I will hold you like I keep the stars in their places and let them to light your night.

I wonder, will my beloved ones see this beautiful stars? Will they happy if they see it with me, there, in this far-away land?

Seketika saya mengingat seseorang, yang berada 2 jam perbedaan waktu jauhnya, yang harus melalui ribuan pulau dan hamparan lautan.
The Distance between Jayapura / Sentani () [Airport] and Palembang (South Sumatra) is :3972.76 kilometers (km). The approximately estimated travel/road distance can be around 4568.67 km to 4965.95 km 

Ketika malam tiba dan keraguan melanda, saya bisa memastikan dirinya berada di tempat terluas di kampus kami dan melakukan hal yang sama sekali tidak lazim untuk dilakukan malam hari, berlari.

Waktu-waktu yang saya habiskan dengannya memang tidak banyak, bukan sesuatu yang besar juga. Saya belum pernah dapat menerka apa yang ada di pikirannya. Saya belum pernah cukup mendengar ceritanya.

Di kala fajar menyingsing di tempat saya berada, mungkin ia masih menutup matanya untuk melanjutkan mimpi indahnya, teringat biasanya kami masih menarik selimut atau saling membangunkan sebelum mandi meskipun terpisah tembok kamar.

Sewaktu saya berdiri di depan kelas dan berinteraksi dengan siswa-siswi saya, memori saya dibawa kembali ke masa saya masih menjadi mahasiswa dan makan bersama dengannya, berlarian menuju kelas karena sudah terlalu mepet dengan jam kuliah. Mungkin ia baru mengulat dari tidurnya dan bersiap ke sekolah.

Sewaktu saya disibukkan dengan persiapan mengajar dan mengoreksi pekerjaan siswa. Saya teringat bagaimana kami berjuang saling membangunkan dari kantuk yang melanda di jam kuliah atau menekan keyboard untuk merangkai tulisan-tulisan untuk dosen tercinta. Mungkin ia sedang memulai hari bersama malaikat-malaikat kecilnya yang membuat ia tersenyum setiap harinya.

Sejenak saya melihat wajahnya di salah satu foto yang baru dipost oleh salah satu teman, ia tersenyum. Begitu lega rasanya saya melihatnya tersenyum begitu sukacita setelah saya begitu menguatirkannya terakhir kali kami bertemu bulan lalu saat peresmian kami menjadi sarjana, mengingat wajahnya yang sayu dan tiba-tiba memeluk saya. Saya teringat kalimat dari drama yang saya sukai:

I heard that if it's dark, you can see the stars better. Now that it's dark, I'll be able to see the stars clearly. • KIM TANHeirs.

Seberapa gelap malam-malammu? Apakah kegelapan membuatmu takut?  Apakah kamu bisa melihat bintang bersinar lebih terang?





See you soon, Irena :)

Monday, December 16, 2013

realita

dalam realita aku menuliskan
kadang aku bahagia
dalam realita aku merasakan
kadang aku meria

dalam realita aku mengatakan
kadang aku tak suka
dalam realita aku menyembunyikan
kadang aku kecewa

dalam realita aku menari
kadang aku menjadi diriku sendiri
dalam realita aku menyanyi
kadang aku tak bisa berlari

Saturday, December 14, 2013

5 Things Jesus Can Teach You About Your Future Husband

Here are 5 things Jesus can teach you about your future husband:
1. Purity
  • Any man who deserves to marry you should honor and respect your purity. Although everyone has made mistakes, purity before marriage is an important aspect of anyone who is looking to have a relationship that honors Jesus. Purity paves the way to intimacy.

1 Timothy 5:2 – Treat older women as you would your mother, and treat younger women with all purity as you would your own sisters.
2. Kindness
  • A kind man is the type of man you bring home to mom and dad. Kindness is key to any thriving relationship and marriage. Don’t just look at kindness as someone who is nice, but instead someone who is slow to anger in times of trouble. Kindness is key.

Galatians 5:22-23 – But the fruit of the Spirit is love, joy, peace, forbearance, kindness, goodness, faithfulness, gentleness and self-control. Against such things there is no law.
3. Respect
  • Respect in any relationship is key. Any man who can respect you no matter the circumstance, is a man worth giving your time and energy to. Not only is respect something that will spill over to other aspects of your relationship, but any man who knows the value of respect will know how to treat his future wife in a way that is reflective of Jesus himself.

Philippians 2:3 – Do nothing from selfishness or empty conceit, but with humility of mind let each of you regard one another as more important than himself.
4. Patience
  • Patience is one of the those things everyone talks about wanting in a man, but I think many don’t actually know what they are asking for when they say it. A man after God’s own heart will not only be patient amidst everyday aspects of life, but will also be patient when it comes to the speed in which your relationship moves.

Isaiah 40:31 – Yet those who wait for the LORD Will gain new strength; They will mount up with wings like eagles, They will run and not get tired, They will walk and not become weary.
5. Honesty
  • Honestly can make or break any relationship, no matter how strong. Any man you are considering “marriage material” should be a man who has the utmost integrity in what he says and does. Honesty goes a long way, and it’s always wonderful to know that you can trust anything your future husband says.

Proverbs 6:13 – Righteous lips are the delight of a king, and he loves him who speaks what is right.
***
What else can Jesus teach you about your future husband? Comment below.

Monday, December 9, 2013

am I?

Baru saja, saya mengusir seorang anak untuk pulang. Hati saya tersentak seketika, mata saya berkaca-kaca... bukan karena saya tidak mengasihinya. Bukan karena saya tidak ingin melihatnya datang lagi ke sekolah... dia yang sudah tidak memiliki orang tua untuk bersandar dan dibanggakan, dia yang sudah mau bertobat, masakkan saya tega menyuruhnya pulang?
Saya berbisik dalam hati "mengapa kamu begitu kejam? begitu tega mengambil sesuatu yang ia sangat inginkan dan menyuruhnya pulang?"

Saya termenung dibalik meja kerja bersama setumpuk koreksian, saya teringat bagaimana ia begitu mencintai tarian, begitu meluangkan seluruh waktu dan tenaganya untuk berlatih, ikut audisi dan menampilkan yang terbaik untuk pelayanan Natal sekolah tahun ini...bagaimana saya dibuatnya berdecak kagum akan talenta yang sudah Tuhan berikan, bagaimana ia bersemangat menanyakan hasil audisinya dan datang di hari latihan yang pertama...

Sekarang seolah semuanya sia-sia karena ia tidak menepati janjinya untuk pulang tepat waktu dan selalu menghadiri latihan atau meminta ijin terlebih dahulu jika tidak dapat hadir. Hal yang mungkin sangat sederhana dan dapat ditolerir oleh kebanyakan orang, tapi bagi saya itu sangatlah penting, integritas dan ketaatan.

Begitu banyak pertanyaan dalam benak saya. Apakah dia akan datang meminta saya lagi untuk bisa ikut pelayanan? Apakah dia kepahitan? Apakah dia besok tidak mau datang ke sekolah lagi? Apakah setelah ini dia tidak mau terlibat lagi? Apakah dia akan mengurungkan niatnya untuk berubah?
Sedikit cerita, dia dulu adalah seorang murid yang sangat nakal di sekolah yang terdahulu, nilainya banyak yang tidak tuntas, sering ikut tawuran bahkan melakukan kenakalan remaja yang lain seperti membolos dan merokok. Dia dipindahkan ke sekolah ini oleh tantenya mengingat ia tidak lagi memiliki orang tua dan itu adalah amanat orang tuanya. Namun kini ia tidak pernah membolos dan berjanji tidak akan merokok lagi.

Hati saya tidak bisa berbohong, saya begitu mengasihinya, saya begitu terbeban untuk terus menggali potensinya, untuk melihat dia menjadi pribadi yang dipakai Tuhan untuk menjadi berkat bagi sesamanya.
Maafkan Miss Melisa karena hari ini mengambil apa yang begitu kamu idamkan, semoga kamu mengerti Jhordan :)

Saturday, November 30, 2013

far away land

This was the very first time I headed to somewhere by plane. I used to travel by bus, train or private transportation. It took 5 hours and 30 minutes on air. I was so nervous to have my first flight, but by the grace of God, I met a man who was very friendly to me and I enjoyed chit chat with him about live in Papua.  I think he was an angel who was sent by God to comfort me during the flight, honestly, I was not able to say anything at that time, too many feelings and thoughts came up.
First, excited to see a new land where I hadn't been there. Second, afraid if there was a plane crash. Third, how would I survive there, in far away land from home, how if I got homesick or another sickness, who would take care of me? *aaaa I want my grandmaaaa >.<
I tried to keep calm even my feelings were so mixed, I saw some of my friends had cried and I was really confused what should I do? I really wanted to cry, but there was not any tear out of my lacrimal gland!

there's a pain. a pain of saying good bye to beloved ones. a pain that could not be explained in words. a pain because i couldn't witness their happy and sad moments in time. i just could pray for them... for their struggles and my struggles of missing them.

i am not someone who tailed in one-person-only. I can stand in anywhere.. but missing the moment is not something that easy to me. yeah... Time, words and chances couldn't be the same.