Biak, Bila Ingat Akan Kembali, begitulah orang-orang banyak membuat kepanjangan dari nama pulau yang juga kabupaten bersejarah di mata dunia. Sebelum berada di bangku kuliah nama Biak tidaklah familiar di telinga saya bahkan di buku sejarah sewaktu sekolah.
Rencana mem-bolang 'bocah ilang' di pulau ini sudah ada ketika saya mendengar pengumuman penempatan mengajar saya yang adalah di Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Tatkala itu saya iseng mencari harga tiket untuk pulang ke Jakarta saat liburan Natal tiba, namun saya dibuat kaget melihat nominal yang harus saya habiskan untuk kembali ke kampung halaman di Cirebon, mengingat terhitung itu barulah 5 bulan saya bekerja dan pada bulan November saya sudah kembali ke Jakarta untuk mengikuti wisuda, saya mengurungkan keinginan saya untuk pulang merayakan Natal dan Tahun Baru bersama keluarga di rumah. Saya ingin menggunakan uang tabungan sendiri untuk pulang, maklum sudah bekerja, rasanya malu meminta orang tua lagi. Saat itu saya begitu gundah gulana, bagaimana tidak, bagi saya semenjak merantau kuliah, saat pulang kampung adalah saat terbaik, bisa bertemu orang terkasih dan memuaskan keinginan bersantai di rumah.
Kesimpulannya, saya menangis sejadinya, membayangkan seperti apa merayakan Natal dan Pergatian tahun di tengah daerah yang tidak saya kenal, dengan orang-orang yang tidak juga saya kenal baik... meskipun yah, saya juga kadang di rumah tidak melakukan lagi hal yang spesial dengan keluarga karena sudah banyak yang merantau.
Miraculously, saya sekamar dengan 2 orang adik tingkat yang berasal dari Papua, satu orang dari Nabire dan satu lagi dari Biak. Mereka menghibur saya dengan menunjukkan foto-foto indah alam Papua dan mengajak saya berlibur ke kampung halaman mereka. Singkat cerita saya yang sok berani saat itu hanya berkata saya akan pergi ke Biak lalu Nabire dan langsung pulang naik kapal laut, sendirian, toh saya pernah juga naik kereta ekonomi saat libur lebaran berbelas-belas jam berdesakan sambil berdiri dan duduk sempit-sempitan sama ibu-ibu dan segala jenis orang lain 12 jam lebih (lihat: bolang episode Jogja) dan naik kereta ekonomi sendirian dari Cirebon ke Malang selama 14 jam (lihat: bolang episode Malang). Ini ternyata kenekatan luar biasa mengingat saya baru mengetahui jika Natal tiba penumpang kapal akan membludak dan harus berdesakan berjam-jam, Jayapura-Biak 18 jam, Biak-Nabire 8 jam, sekali lagi miraculously saya tidak dapat akses memesan tiket kapal laut sama sekali sehingga saya hanya mengunjungi Biak dengan pesawat bersama bolang-mates saya Deborah, Kak Nur dan Kak Lisa. Karena ini perjalanan pertama saya dengan mereka, perkenalan lebih dalam dan penyesuaian harus dilakukan dengan seksama agar perjalanan lancar dan menyenangkan. Menurut beberapa blog traveler yang saya baca, perjalanan sebaiknya dilakukan berdua atau genap agar dalam memesan beberapa hal kita bisa melakukan 'twin-share' sistem membagi dua agar biaya dapat ditekan dan ini khusus untuk saya, bisa bergantian mengambil foto hahahahaa....
Rencana berbolangria ke Biak sudah saya gembar-gemborkan sejak awal tahun ajaran dan saya sudah mulai searching tiket juga tujuan wisata sejak bulan Oktober, mengingat aliran dana diutamakan untuk wisuda di bulan November akhirnya saya baru membeli tiket di Desember akhir, terlalu dekat memang mengingat untuk wilayah Indonesia timur yang mayoritas Kristen, tiket seluruh moda transportasi akan melonjak tinggi mengikuti animo masyarakat yang merantau atau berlibur. Menurut orang-orang tiket yang kami booking harganya wajar untuk high season seperti Desember, Rp 1.618.200 pulang pergi, berangkat dengan pesawat Sriwijaya dan pulang Merpati.
Sebelum kami berangkat, rapat pleno kami lakukan dulu untuk menentukan akomodasi dan budget yang harus disediakan untuk perjalanan ini dan berbelanja bersama keperluan selama 8 hari di sana. Kami mencoba menghubungi kenalan-kenalan seperti kakak atau adik tingkat saat kuliah, temannya teman atau siapapun yang bisa mengajak kami jalan-jalan di Biak nanti atau memberikan tumpangan, hehehee... tips dari para backpacker, berpergian dengan orang lokal atau penduduk tempat tujuan dapat memberikan kita rasa aman dan juga nyaman saat berpergian, meskipun judulnya bocah ilang, tapi kalau benar-benar hilang rasanya tidak bijak juga hehehe mengingat kami sedang ingin berlibur juga...
Penerbangan dapat ditempuh kurang lebih 1 jam dalam cuaca baik. Untuk itu persiapan yang dilakukan tidaklah serepot jika harus berpergian lebih jauh lagi. Namun karena ini adalah kali pertama untuk kami berempat mengunjungi Biak, maka kami memutuskan untuk lebih mempersiapkan segala kemungkinan yang dapat terjadi dalam perjalanan maupun ketika di sana.
- mencari informasi moda transportasi dari domisili menuju tempat tujuan yang paling aman, nyaman dan tentunya murah, menurut informasi beberapa rekan, tiket kapal laut untuk kelas yang non ekonomi tidak jauh berbeda dengan tiket pesawat ketika high season, jika ingin bersantai dan merasakan sensasi naik kapal laut moda ini bisa dicoba, namun kalau tidak memiliki kondisi fisik yang begitu kuat dan kurang dapat menjaga barang pribadi lebih aman menggunakan pesawat. Kami menggunakan nusatrip.com sebagai pemesan tiket pesawat online.
- mencari informasi cuaca dan kondisi daerah tujuan, agar dapat mengatur itenary yang tepat dan maksimal nantinya, pastikan cuaca cukup baik, tidak hujan dan gelombang tidak tinggi jika ingin ke pantai dan mengagumi bawah laut Papua. Bulan Desember menurut penduduk setempat, bukanlah bulan yang baik untuk berrenang-renang di pantai terlalu jauh karena ombak sedang tinggi dan banyak terjadi kecelakaan, jadi perlu hati-hati ekstra.
- mencari informasi tujuan wisata, makanan khas, budaya setempat dan referensi akomodasi serta tarif transportasi lokal. Hal-hal ini dapat dilakukan dengan browsing internet dan juga bertanya pada kenalan penduduk lokal, kenalan sangat penting ternyata. Saya sangat suka membaca blog backpacker asing yang pernah ke tempat-tempat di Indonesia, mereka begitu detail menggambarkan kehidupan masyarakat, keindahan alam dan mempengaruhi saya untuk cepat melihatnya secara langsung dengan gambar-gambar yang indah.
- menentukan budget transportasi, konsumsi, akomodasi, cinderamata, dan dana tak terduga juga sesuaikan dengan dana yang tersedia, menumpang dan mencari alternatif yang murah bukanlah pilihan yang salah, perjalanan akan tetap bisa dinikmati dengan mendapatkan kepuasan tersendiri dengan menekan biaya di satu pos dan menikmatinya untuk pos lainnya, contoh: kampung tengah alias perut alias makan-makan ehehhee...
- pastikan membawa cukup baju, obat-obatan, dan gadget sesuai pilihan, bagi yang suka mengabadikan gambar dengan kamera DSLR atau kamera saku pastikan keamanan senjata pamungkas atau kamera kesayangan, membeli pouch waterproof atau memilih kamera yang praktis dan tahan banting dapat menjadi solusinya.
Berikutnya, saya akan menceritakan pengalaman tak terlupakan saya di kota Biak.
No comments:
Post a Comment